فهو اللذي تم معناه وصورته
ثم اصطفاه حبيبا بارئ النسم
Kanjeng Rasulullah Saw adalah seorang manusia yang, baik secara makna batiniah maupun rupanya, telah sempurna. Lalu Tuhan semesta alam memilih beliau sebagai kekasih.
Dihikayatkan bahwa pada malam beliau mengalami mikraj, Allah Ta'ala berfirman kepadanya: "Wahai Muhammad, sesungguhnya raja-raja apabila telah jatuh hati kepada seorang budak dengan memberikan kekuasaan dan menjadikannya seorang raja pula, mereka segera mengumumkan kemuliaannya. Maka, apa yang kau inginkan dariKu untukmu?"
Sang Nabi terpilih itu menjawab: "Tolong sandarkan diriku kepadaMu, ya Tuhanku, dengan perantaraan penghambaan." Lalu, diturunkanlah kepada beliau ayat pertama surat al-Isra' itu: "Mahasuci Dia yang telah menjalankan hambaNya..."
Allah Ta'ala berfirman: " Itu yang kau mohonkan. Kau akan mendapatkan yang lebih baik dari hal itu. Yaitu, kebersandaranmu kepadaKu melalui cinta. Engkau adalah kekasih Allah." Dan kita tahu bahwa pangkat sebagai Habibullah itu merupakan derajat rohani paling tinggi dibandingkan dengan pangkat rohani apa pun yang lain.
Pada bait di atas itu, dimensi rohani didahulukan ketimbang dimensi jasmani. Saya kira karena alasannya pasti bahwa titik pusat kemuliaan dan kebahagiaan hakiki bagi manusia tak lain adalah tergarapnya batin dengan sempurna secara spiritual. Bukan sebaliknya.
------------
Oleh: Kiai Kuswaidi Syafiie, Pengasuh PP Maulana Rumi, Sewon Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar