CINTA


Oleh Kuswaidi Syafiie





Maqam al-Mahabbah atau kedudukan cinta ilahiat secara
spiritual merupakan posisi kerohanian tertinggi yang menjadi tumpuan hasrat
suci bagi setiap salik yang senantiasa berproses dalam melakukan pendakian
spiritual. Seluruh kedudukan rohani yang masih berjibaku di bawahnya, pastilah
terobsesi agar suatu saat nanti --dengan pertolongan dan karunia dari Allah
Ta'ala-- sampai juga pada kedudukan cinta ilahiat itu. Demikian pula dengan
berbagai macam tingkatan dan pengalaman spiritual, semua itu sesungguhnya mengalir
dari kedudukan telaga cinta ilahiat.





Kenapa cinta ilahiat itu sedemikian sublim sebagai sumber
segala jenjang rohani? Jawabannya tak lain bahwa kedudukan cinta ilahiat itu
merupakan asal-usul dan tuan dari segala wujud, merupakan awal mula dan suplai
potensi bagi seluruh alam raya. Dan puncak kedudukan cinta ilahiat itu tidak
lain adalah Nabi Muhammad Saw yang telah diangkat oleh hadiratNya sebagai
kekasih yang paling istimewa di antara kekasih-kekasih yang lain.





Nabi Muhammad Saw mendapatkan anugerah gelar al-Habib,
sementara Nabi Ibrahim mendapatkan predikat al-Khalil. Keduanya sama-sama
berarti kekasih. Tapi, sama persiskah kedudukan di antara keduanya? Tentu saja
tidak. Gelar al-Habib itu menunjuk kepada kedudukan rohani yang lebih tinggi
dan lebih istimewa dibandingkan dengan gelar al-Khalil. Gelar al-Habib mengacu
kepada kekasih yang dicari, sedang gelar al-Khalil konotasinya tertuju kepada
kekasih yang mencari. Gelar al-Habib disematkan pada kekasih yang dilamar,
sedang gelar al-Khalil dinisbatkan pada kekasih yang melamar.





Ada jarak spiritual yang membentang di antara keduanya
walaupun sama-sama bermakna kekasih. Akan tetapi bagaimana pun, Nabi Ibrahim
adalah orang yang paling mirip dengan Nabi Muhammad Saw, baik secara lahiriah
maupun secara batiniah. Itulah sebabnya kenapa di dalam shalat itu diwajibkan
untuk membaca shalawat Ibrahimiyyah yang dinisbatkan kepada Nabi Ibrahim, tidak
kepada nabi-nabi yang lain.





Penyandang gelar al-Habib tersebut jelas merupakan puncak
dari kedudukan rohani yang menjadi sumber bagi seluruh kebaikan yang ada di
dalam kehidupan ini. Karena itu, dapat kita maklumi bersama bahwa tanpa
menyebut nama Nabi Muhammad Saw, siapa pun tidak akan pernah bisa menjadi
seorang muslim. Karena membaca dua kalimat syahadat tidak mungkin tanpa
menyebut nama beliau. Tanpa menyebut namanya, siapa pun yang sedang berkhotbah
di masjid pada hari Jum'at tidak akan sah khotbahnya. Karena khotbah tidak
boleh tanpa syahadat dan shalawat kepada beliau.





Tanpa menyebut namanya, siapa pun orang yang adzan tidak
akan sah adzannya. Karena syahadat harus dibaca ketika adzan. Tanpa menyebut
namanya, siapa pun orang yang melaksanakan shalat tidak sah shalatnya. Karena
membaca syahadat dan shalawat juga wajib saat tahiyyat. Dan tidak
tanggung-tanggung, beliau adalah satu-satunya orang yang namanya disandingkan
dengan nama Allah Ta'ala di atas pintu surga sebagaimana yang dituturkan di
dalam berbagai riwayat.





Beliau adalah satu-satunya nabi yang diutus oleh Allah
Ta'ala sebagai rahmat bagi seluruh alam raya, tidak saja untuk umat manusia,
tapi juga semua anasir dari makhluk-makhluk yang lain. Semenjak jauh sebelum
beliau dilahirkan hingga di akhir masa kelak. Sementara nabi-nabi yang lain
hanya diutus untuk kaum mereka masing-masing pada periode tertentu semata.
Wallahu a'lamu bish-shawab.



It https://www.designyourway.net/blog/misc/how-to-create-a-successful-graphic-designer-resume/ incorporates smart views to help you sort and sift through the news and updates easily.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages